“Bangsa ini tidak akan maju tanpa keberanian pemudanya untuk bermimpi dan berjuang bersama.” Fahri Nurhidayat
Setiap tanggal 28 Oktober, bangsa Indonesia memperingati momentum bersejarah, Sumpah Pemuda,sebuah tonggak yang menandai kesadaran kolektif generasi muda tentang pentingnya persatuan, perjuangan, dan cita-cita kebangsaan. Namun lebih dari sekadar seremonial, Sumpah Pemuda adalah pengingat dan tantangan: apakah semangat itu masih hidup dalam dada pemuda hari ini?
Sembilan puluh tujuh tahun silam, pemuda berkumpul untuk bersatu demi Indonesia merdeka. Hari ini, tantangannya berbeda, tetapi esensinya sama bagaimana pemuda dan mahasiswa menjaga marwah perjuangan, menegakkan nilai, dan memegang peran sebagai kekuatan moral serta sosial bangsa.
Mahasiswa hari ini tidak boleh kehilangan arah perjuangan. Di tengah arus pragmatisme dan budaya instan, mahasiswa harus kembali meneguhkan jati diri sebagai agent of change, guardian of value, dan moral force.
Kritik sosial bukan lagi pilihan, melainkan kewajiban. Gerakan intelektual bukan sekadar demonstrasi di jalanan, tetapi juga kesadaran untuk melahirkan solusi, ide, dan gagasan konstruktif bagi kemajuan bangsa.
Pemuda dan mahasiswa ke depan harus menjadi pelopor perubahan, bukan sekadar penonton di tengah carut-marut bangsa. Kita dituntut untuk hadir di setiap ruang strategis di kampus, di masyarakat, dan di kebijakan publik dengan membawa semangat kritis dan kepedulian sosial yang berpihak pada rakyat kecil.
Momentum Sumpah Pemuda hari ini harus menjadi titik tolak untuk membangun generasi yang berintegritas, progresif, dan visioner.
Generasi yang tidak hanya fasih berdebat di ruang digital, tetapi juga tangguh dalam kerja nyata di lapangan sosial.
Generasi yang tidak mudah dibungkam oleh kepentingan, tetapi teguh memperjuangkan keadilan, kebenaran, dan kemanusiaan.
Kita percaya, masa depan Indonesia ada di tangan pemuda yang berani berpikir berbeda, bertindak benar, dan berjuang bersama.
Maka dari itu, mari kita jadikan semangat Sumpah Pemuda bukan sekadar sejarah yang dibaca, melainkan energi perjuangan yang dihidupkan kembali dalam tindakan nyata.











